GOOD GIRL AND HER LOVE (Fan Fiction)


GOOD GIRL AND HER LOVE

Author : flo viorent
Title : good girl and her love  
Main cast : shin young in, shin ga in, key, appa, kim jung won
Genre : family, romance


Sudah 5 bulan adikku, ga in, keluar negeri untuk berobat. Kini di rumah kecilku ini hanya tinggal aku seorang, semua jadi tampak sangat sepi.

Sesekali aku menghubunginya tapi jawabannya tak berubah..

“aku baik-baik saja eonni, kau juga jaga dirimu baik-baik. Appa sangat baik padaku, dia sering mengunjungiku meski sibuk dengan telponnya. Apa dia juga sering mengunjungimu?”

jika ga in sudah bercerita soal ayah, aku jadi tidak bisa mengatakan apapun karena hingga saat ini aku masih belum bisa memaafkannya. Tapi aku tidak ingin membuat ga in sedih jika mengetahui perasaanku yang sebenarnya, aku hanya bisa berpura-pura menanggapi dengan baik jika ga in membicarakan ayah.

Selain itu aku juga mendapat seorang teman yang telah membantuku mendapatkan pekerjaan yang bagus untuk membayar hutang-hutangku, dialah key, pria yang secara kebetulan kutemui beberapa bulan lalu.

Sekarang aku bekerja di sebuah restoran, key yang merekomendasikanku karena ada seseorang yang dikenalnya di tempat itu hingga akupun diterima. Kini aku bisa mencicil hutang-hutangku meski butuh waktu cukup lama untuk melunasinya. Dan bagusnya tak sekalipun mereka menggunakan kekerasan fisik, mereka hanya meneriakiku untuk selalu menyetor kepada mereka.

Hari ini cuaca sangat bagus untuk jalan-jalan atau sekedar olahraga pagi seperti berjalan mengelilingi komplek, dan ku putuskan untuk berjalan-jalan disekitar komplek rumah, karena hari ini aku libur. Aku coba menggerakkan kaki dengan perlahan sambil memejamkan mata dan menikmati suasana pagi.

“yyaa!! Kau tidak takut menabrak orang?”

aku berhenti dan melihat key sudah ada tepat didepanku dengan senyum lebarnya. Aku dan key berjalan beriringan, karena masih pagi jadi terasa lebih dingin. Aku merapatkan jaket switerku agar terasa lebih hangat, key menepuk pundakku.

“ayo ikuti aku!”

key langsung berlari secepat yang dia bisa karena dalam sekejap key sudah berada beberapa meter dari tempatku berdiri dan aku pun mengejarnya, kami saling berusaha mendahului. Hingga suara ponsel key berbunyi, dan aku bisa menebak dari siapa itu jadi aku terus berlari dan semakin kencang sampai aku merasa benar-benar sudah jauh berlari.

Aku berhenti karena kelelahan dan langsung duduk di trotoar dengan kaki menjulur #menurut yang author tahu sehabis berlari dianjurkan untuk duduk dengan kaki dijulurkan benar tidak? Mian kalau salah ilmu :p# keringat membanjiri tubuhku dan aku sedikit merasa hangat, tapi dengan mengeluarkan tenaga seperti tadi aku rasa cairan didalam tubuhku berkurang drastis karena aku merasa sangat haus dan lelah.

“yyaa!! Kenapa kau meninggalkanku?!”suara key mengejutkanku, aku menoleh.

“kau yang memulainya duluan,”balasku sambil mengatur nafas.

key duduk disebelahku dengan nafas tersengal.

“nde, aku kalah..”jawabnya sambil menundukkan kepalanya padaku, aku tertawa kecil sambil berpose layaknya seorang juara.

“young in-ah, kau sudah merasa baik sekarang? Masih terasa dingin?”tanyanya membuatku tersenyum kecil.

“aku baik-baik saja dan tubuhku sudah terasa hangat berkat kau, gomapta. Dan sekarang kau bisa pergi, itu tadi dari hwang min young ‘kan? Apa kalian sudah ada janji?”balasku, key mengangguk.

“eoh.. lalu kenapa kau masih disini? Kajja!! Pergi!! aku juga ada keperluan setelah ini,”ujarku,

“keperluan?”

aku mengangguk cepat, key memandangku untuk mencari tahu.

“rahasia perempuan,”aku tertawa, diikuti key.

“kalau begitu pergilah, aku tidak mau kau menggangguku.”usirku,

“memangnya kau ada keperluan apa sih?”desak key,

“aku tidak akan bilang dan tidak mau bilang, aku kan sudah bilang rahasia.”

akupun berusaha mengelak,

“jangan-jangan kau....”key memandangku aneh,

“apa? Aku kenapa? Yya!! Pergi sana!! Jangan memaksaku untuk melakukan tindak kekerasan.”ancamku, key tertawa keras.

“memangnya kau bisa memukul?”candanya, aku melotot.

“yyaa!!!!”teriakku kesal, key akhirnya mengalah dan pergi.

Aku hanya bisa diam ditempatku sambil memandanginya yang semakin menjauh, sebenarnya tak ada hal khusus yang akan kulakukan hari ini aku berbohong agar key cepat pergi saja.

Aku pergi ke supermarket dan belanja bahan makanan, setelah selesai aku langsung pulang. Sampai dirumah aku dikejutkan dengan ayahku yang ternyata sudah menunggu lama di depan rumahku.

Aku tetap berusaha bersikap baik padanya meski sebenarnya aku masih belum bisa memaafkannya, aku memasakkan makanan untukku dan ayah. Tak ada yang berani membuka pembicaraan saat makan dan setelah makan, setelah aku membereskan meja makan aku dan ayah duduk di teras dan masih berdiam diri.

“apa kau masih marah pada appa, young in-ah?”ayah memecah kesunyian, aku tak langsung menjawab.

“aku mengerti, memang sulit memaafkan orang yang sudah menyakiti dirimu apalagi dia adalah orangtuamu sendiri.”

ayah berhenti berbicara sejenak, entah memikirkan kalimat selanjutnya ataukah memang dia sudah tak bisa mengatakan apa-apa lagi.

“meskipun begitu aku ingin bisa berada ditengah-tengah keluargaku, aku ingin kau tinggal denganku, young in-ah.” Tambahnya membuatku tertawa saja,aku menarik ujung bibirku sinis,

“keluarga? Maksudmu keluarga yang bagaimana?”tanyaku, ayah melihatku entah apa arti tatapannya itu.

“tidak apa jika kau tidak mau memaafkanku, aku mengerti perasaanmu. Tapi aku sudah berjanji pada ga in, aku juga tidak bisa membiarkan kau sendirian ditempat ini. Rentenir itu mungkin akan melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi padamu,”ayah berusaha membujukku.

“aku bisa mengatasi mereka, ini adalah urusanku dan jangan ikut campur. Dan aku tidak akan pergi kemana-mana, setelah ga in menjalani pengobatannya aku dan dia akan tetap disini. Aku berterima kasih pada sikapmu yang baik pada ga in, tapi tidak padaku. Apapun yang terjadi jangan campuri urusanku,”balasku dingin.

aku berdiri untuk masuk karena aku merasa ayah pasti mengerti maksud ucapanku barusan.

“demi adikmu, tidak bisakah kau melakukannya demi ga in? Dia terus mencemaskanmu, dia ingin aku menjagamu.”

aku terdiam saat ayah menyebut ga in, aku memang tidak bisa mengecewakan adikku tapi aku tidak akan sanggup hidup dengan orang yang mungkin saja tidak menyukai kehadiranku disana.

“aku akan melunasi hutangmu pada rentenir itu, dan besok aku akan meminta orang menjemputmu.”tambah ayah, aku masih terdiam.

“young in-ah? Kau mau tinggal dengan ayah kan? Ga in juga akan tinggal disana setelah pengobatannya selesai,”pinta ayah.

aku tak langsung menjawab, ada banyak hal yang harus kupertimbangkan yaitu perasaanku dan keluarga ayah, bergegas aku masuk dan mengunci pintu tanpa memberi jawaban apapun. Aku mengintip dari jendela, ayah masih berdiri entah apa yang dipikirkannya lalu ia pergi.

Aku masih bimbang, apakah aku harus mengikuti keinginan ayah. Dan dengan begitu mungkin saja penderitaanku dan ga in akan berakhir, tapi apakah akan begitu? Bagaimana jika malah keluarga itu yang akan menjadi penderitaan selanjutnya? Aku tidak ingin membuat ga in kesakitan lagi, aku hanya ingin melihatnya tersenyum bahagia.

aku ingat sekarang, ga in selalu tersenyum bila bersamaku tidak pernah dia menampakkan wajah sedih atau murung, bagi ku ga in adalah gadis yang ceria dan dewasa melebihi diriku. Aku jadi merindukannya, senyuman dan candaannya. Apa yang dilakukan ga in saat ini?

Hingga saat ini pun tak sehelai foto pun yang dikirimkan ga in padaku, padahal aku ingin melihat kondisinya aku ingin melihat wajah cerianya. Aku menghela nafas berat sambil memandangi ponselku, dan terlintas dipikiranku untuk menghubunginya dengan video call. tapi sebelum aku melakukannya ponselku berdering dan sebuah panggilan dengan nama key menghiasi display ponselku,

“aissh..orang ini benar-benar mengganggu rencanaku, awas kau!” ku tekan tombol terima.

“yyaa!! Apa yang kau lakukan?!”jawabku dengan nada kesal,

“kenapa dengan suaramu? Apa aku mengganggu?”suara diseberang terdengar makin menjengkelkan,

“katakan apa maumu, palli.”desakku tanpa menghiraukan ucapannya,

“yyaa.. apa kau sedang bersama seseorang? Sepertinya kau tidak suka aku menghubungimu,”

aisshh...orang ini benar-benar menyebalkan, apa dia tidak bisa membaca nada suara di ponsel?

“yyaa!! Jika tidak ada yang penting kututup saja, bye.”

aku segera memutus pembicaraan, karena jika dilanjutkan sudah pasti akan membuatku makin tambah kesal. Lalu aku menghubungi ga in, tapi sudah ku coba berulang kali tidak tersambung juga. Mungkin saat ini ga in sedang berada didalam rumah sakit jadi tidak boleh mengaktifkan ponsel, aku pun mengirimkan pesan :
“ga in-ah, eonni sangat merindukanmu, bagaimana jika besok kita berbicara dengan video call? saranghae.”

Dan pesan pun terkirim, aku membayangkan wajah ga in dan menerka-nerka kondisinya saat ini.

Pagi-pagi sekali ponselku berdering dengan malas aku melihat layar display, aku terlonjak kaget tertera nama ‘beauty sister’ nama ga in di ponselku.

“yeobseo? Ga in-ah? Kaukah itu?”tanyaku,

“ne, ini aku ga in. Miane eonni aku mengganggumu, disana masih pagi kan? Apa aku membangunkanmu?”tanya ga in,

“anio, aku sudah bangun dari tadi.”aku berbohong padahal jelas-jelas tadi aku dibangunkan oleh ponselku,

“aku melihat pesan eonni tadi makanya aku langsung menelpon,”jelasnya,

“begitukah?”selaku,

“tapi aku dilarang dokter untuk menggunakan ponsel lagi, katanya berbahaya untuk kemoterapi ku. Jadi aku diam-diam menelpon eonni, jangan khawatirkan aku, aku akan baik-baik saja disini. Mudah-mudahan aku bisa sembuh dan kembali kerumah, do’a kan aku ne eonni.”tambah ga in,

“ne, tentu eonni akan selalu mendo’akanmu. Eonni juga ingin kau cepat sembuh dan bisa pulang. Eonni merindukanmu dan sangat menyayangimu, jangan lupakan itu, ara? Saranghae.”

segera kuputus pembicaraan tanpa sempat mendengar balasan kata-kata dari ga in, meski berusaha tegar tapi jujur aku ingin mendampingi ga in disaat-saat seperti ini. Ga in-ah bertahanlah, berjuanglah demi janji kita untuk tetap bersama. Kau satu-satunya yang kumiliki, tak terasa air mataku tumpah begitu saja.

Aku tidak bersemangat pergi kerja karena memikirkan ga in, entah sudah berapa bis yang kuabaikan didepanku. Tapi tunggu dulu, aku merasa ada orang yang memperhatikanku. Aku menoleh kekiri dan kananku,


“hai...anyyeong.”key sudah duduk manis di sampingku,

“sudah berapa lama kau disitu?”tanyaku,

key tampak berpikir dengan tampang sok polosnya, aku mendengus.

“uhmm..kira-kira 30 menit 13 detik,”mendengar jawabannya membuatku merasa lucu aku tertawa kecil,

“nah... benarkan, kau lebih cantik jika tertawa, apa lagi jika sedang tersenyum, aigoo...”

key menggodaku, aku meninju lengannya gemas. Orang ini benar-benar selalu datang disaat yang tepat dan anehnya selalu sukses membuatku tertawa dan kesal dalam waktu bersamaan entah mengapa, aku kembali teringat ga in.

“yyaa!! Baru sebentar melihat kau tertawa sudah murung lagi, sebenarnya ada apa denganmu young in-ah.”

key mengalihkan wajahku menghadapnya dengan kedua telapak tangannya, membuat kami jadi berhadapan sekarang.

Aku memandangnya sendu, “aku memikirkan adikku,”

itu yang keluar dari mulutku, key mengangguk mengerti.

“nde, araseo. Nah sekarang bayangkan bahwa saat ini ga in ada di depanmu, apa yang akan kau lakukan?”tanyanya,

“aku ingin memeluknya,”balasku cepat, key langsung memelukku membuatku terkejut.

“yyaa!! Apa yang kau lakukan?!”teriakku sambil berusaha mendorong key,

“kau sendiri yang bilang ingin memeluk ga in, sekarang anggap saja yang memelukmu bukan aku tapi ga in. Kau bisa melepas keinginanmu saat ini,”jelas key,

aku terdiam dan perlahan memejamkan mata membayangkan ga in di sini bersamaku.

“ga in-ah, mianhae. Eonni tidak bisa menemanimu, padahal disaat-saat seperti ini seharusnya eonni berada disisimu. Menemanimu dan ......”

suaraku tercekat dan membayangkan wajah ga in membuatku tidak bisa menahan air mataku, di pelukan key aku mengeluarkan semua beban pikiranku tentang ga in dan juga tentang ayahku.

“kita mau kemana?”tanyaku,

key yang sedang mengemudi hanya tersenyum misteri membuatku bergidik ngeri. Aku memutuskan untuk tidak pergi kerja hari ini, dan berkat bantuan key atasan yang kuhubungi menerima alasanku untuk tidak bekerja hari ini jadi key mengajakku pergi. Entah sudah berapa lama kami dimobil tapi tempat yang dituju belum sampai juga, akhirnya aku tertidur.

“young in-ah, bangun...”

pipiku ditepuk berkali-kali tidak begitu sakit tapi sukses membuatku terbangun, aku membuka mata perlahan sambil melihat kesekelilingku.

“dimana ini?”tanyaku,

“pantai,”key menjawab cepat.

aku memandang takjub kelaut lepas yang kini ada di depan mataku. Aku tertawa kecil melihat key sudah berlari kearah ombak kecil, segera aku menyusulnya sambil melakukan hal yang sama berkejaran dengan ombak kecil. key mengeluarkan kameranya dan memotretku, aku pun bergaya bak seorang model. Cukup lama aku dan key bermain air dan akhirnya kelaparan, key lalu memesan makanan lewat telpon katanya biar romantis makan di dekat laut sambil melihat matahari terbenam. Aku hanya menertawakannya, tapi aku senang hari ini.

Baru kali ini aku benar-benar melihat matahari terbenam didepan mataku, tak sedetikpun aku mengedipkan mata melewatkan momen yang indah ini. Hingga matahari benar-benar menghilang baru aku tersadar.

“aku baru kali ini melihatnya, ternyata indah sekali. Memang seperti yang dikatakan teman-temanku,”aku masih melihat kearah tempat bersembunyinya matahari tadi,

“kajja, aku akan mengantarmu pulang sekarang,”

aku mengangguk menurut dan mengikutinya masuk kedalam mobil, sambil merapatkan sweaterku. Dalam perjalanan pulang pun aku masih menatap langit yang berubah menghitam dan muncul bintang yang menghiasinya,

“ajaib sekali, langit selalu membuat keindahan dengan caranya sendiri.”gumamku,

“tentu saja, alam punya caranya sendiri memperlihatkan keindahannya begitu juga manusia.”timpal key,

dia selalu ingin ikut bicara padahal aku tidak mengajaknya bicara. Tapi aku tetap merenungkan kata-kata key barusan,

“ngomong-ngomong soal keindahan, menurutku kau cukup cantik. Tapi kenapa sampai sekarang aku belum melihat kau berkencan?”aku tersentak mendengar ucapan key,

”eh? Sejak kapan kau memperhatikan urusan pribadiku?”selidikku, key tertawa mendengar ucapanku.

“sudah lama sekali, memang tidak boleh?”balasnya, aku melotot,

“jadi kau mau seperti mata-mata begitu? Mencari tahu urusan orang lain. Huh. Dasar bodoh.”gerutuku,

key kembali tertawa sambil terus memperhatikan jalan didepannya. Dasar! Benar-benar orang aneh, tapi aku baru tahu kalau ternyata key memperhatikannya juga. Jangan-jangan dia berniat menjodohkanku dengan temannya, aigo... aku menggelengkan kepala sambil menghela nafas.

“ada apa lagi?”tanya key, aku menggeleng sambil memiringkan badan pura-pura tidur.

“gomawo sudah mengantarku, ini jaketmu.”

aku berterima kasih karena key memulangkanku dengan selamat, #haha... ya iyalah# aku langsung masuk kerumah, tidak lama terdengar suara mobil menjauh, itu tandanya key sudah pergi. Aku merebahkan diri di tempat tidur dan langsung terlelap.

Besoknya aku pergi ke tempat kerjaku dan meminta maaf karena kemaren tidak masuk pada atasanku, aku pun mulai sibuk melayani para pengunjung restoran.

“kau nona shin young in ‘kan?”tanya seorang gadis muda cantik dengan gaun pinknya yang menambah sempurna penampilannya itu membuatku jadi bingung.

“ne, ada apa?”tanyaku balik,

“bisa kita bicara sebentar?“

aku mengangguk dan mengiringi langkahnya keluar restoran, setelah agak jauh dia berhenti dan berbalik menghadapku,

“aku hwang min young, pacar key.”dia memperkenalkan diri, aku mengangguk bingung.

“kemaren aku melihatnya bersama denganmu,”ucapnya,

aku terkejut ternyata key tidak memberitahu pacarnya. Aku merasa bersalah,

“miane, kemaren aku sedang ada masalah dan key mengajakku jalan-jalan untuk menenangkanku. Hanya itu saja, aku sungguh minta maaf.”sesalku,

gadis itu menatapku dengan mata basah membuatku semakin panik. Aku memberikannya tisu,

“aku sungguh minta maaf, aku berjanji tidak akan menemuinya lagi.”aku benar-benar bersalah padanya, baru kali ini terjadi padaku.

“anio, kau tidak perlu meminta maaf, aku memang bukan gadis yang disukainya. Aku yang memaksanya untuk berpacaran denganku, tapi belakangan dia cerita ada seorang gadis yang disukainya. Dan sebenarnya key sudah memutuskanku seminggu yang lalu, tapi aku bersikeras tidak mau putus. Karena ku kira gadis yang disukai key itu tidak sebaik aku, aku yang lebih dulu menyukainya karena kami sudah berteman sejak sma. Sedangkan gadis itu baru ditemuinya. Aku benar-benar marah.”

gadis itu menghapus air matanya sambil memandangiku, aku hanya menunduk mendengarkan ceritanya.

“aku tidak suka jika key menyukai orang lain selain aku, aku lebih pantas untuknya. Kau tau itu kan?!”hwang min young menekankan kata terakhirnya, aku menatapnya.

“jangan begitu, itu namanya kau egois. Perasaanmu itu adalah milikmu, dan perasaan key adalah miliknya. Kau tidak ingin menyakiti orang yang kau sayangi kan?”

aku berusaha memberikan sebuah saran yang baik, agar min young tidak bersedih lagi. min young menatap tajam kearahku,

“jadi kau akan melepas orang yang kau cintai demi kebahagiaannya? Lalu bagaimana dengan kebahagiaanmu sendiri?” ditanya begitu aku sedikit gugup,

“ehmm... ya, tentu. Aku akan membiarkan orang yang ku cintai bahagia dengan pilihannya, dan aku akan mencari kebahagiaanku sendiri tentu dengan orang yang lebih baik yang memang telah di gariskan untukku.”

aku merasa takjub pada diriku sendiri, dari mana kudapatkan kata-kata seperti itu? Aku sendiri bingung, tiba-tiba min young memelukku erat sekali.

“terima kasih young in-ah, kau memang gadis yang baik. Sekarang aku bisa bernafas lega karena ternyata kau gadis yang sangat baik. Terima kasih. Aku akan mendo’akan kebahagiaanmu,”ujar min young, meski masih belum mengerti maksud ucapan min young aku berusaha tersenyum.

“aku akan pergi ke london dan mungkin akan menetap di sana, ehmm... dan soal key, sebenarnya aku tidak boleh mengatakannya. Tapi..... aku do’akan semoga kalian bahagia selamanya.” Tambahnya,

“ye?”

min young hanya membalasku dengan senyum lebar, lalu berpamitan. Aku menatap kepergiannya sambil memikirkan pembicaraan kami tadi, dan menerka-nerka maksud kedatangan min young dan pembicaraan tadi tapi aku hanya angkat bahu.

“apa yang kau lakukan!!”

seorang wanita paruh baya berteriak padaku, aku tidak sengaja menumpahkan makanan kebajunya karena melamun,

“miane, jeongmal miane. Aku tidak sengaja.”jelasku sambil membersihkan bajunya, tapi wanita itu dengan angkuhnya mendorongku, aku hanya diam dan tidak lama atasanku datang,

“ada apa ini?”tanyanya,

“lihat!! Karyawanmu ini membuat bajuku kotor,”adunya,

aku hanya menunduk sementara atasanku meminta maaf karena membuat ketidaknyamanan ini.

“aku ingin kau memecat gadis ini, sekarang juga!!”aku terhenyak mendengar kalimat yang keluar dari mulut wanita itu,

“tunggu dulu, aku benar-benar tidak sengaja.”aku berusaha membela diri, tapi wanita itu hanya tersenyum sinis.

“aku benar-benar kecewa pada restoran ini, bagaimana kalian bisa memperkerjakan orang seperti ini.”

wanita itu dengan angkuh berjalan pergi, aku bisa menebak akan bagaimana jadinya masalah ini. Dan benar saja aku dipecat, aku sudah berusaha menjelaskan tapi atasanku bersikeras karena jika terus memperkerjakanku maka mungkin kejadian yang sama akan terulang dan dia tidak ingin mengambil resiko itu sehingga terpaksa memberhentikanku.

Aku pun menerima gaji terakhir dan pesangon, setelah berpamitan aku segera pergi dan menangis sendirian dirumah.

Aku memikirkan hutang-hutangku, mereka pasti menagih lagi. Mungkin yang sekarang aku bisa membayar dengan syarat aku akan makan mi instan hingga aku dapat pekerjaan lagi, aku tidak boleh menyerah sekarang besok aku akan mencari pekerjaan.

Key menghubungiku berkali-kali, tapi tidak kuhiraukan.

Seandainya ada ga in di sini aku bisa sedikit melupakan semua masalah ini, sebenarnya aku butuh teman saat ini. Dan sebuah pesan tertera dilayar ponselku,

“besok jam 2 siang aku akan menunggumu ditaman biasa, akan kutunggu hingga kau datang.”begitu isi pesannya,

aku hanya membaca sekilas dan mematikan ponselku. Banyak yang aku pikirkan hari ini, dan entah kenapa banyak sekali yang terjadi akhir-akhir ini aku benar-benar bingung.

Esoknya pagi-pagi sekali aku dikejutkan oleh suara teriakan dan aku baru ingat hari ini tempo waktu yang dijanjikan untuk membayar hutang-hutangku, aku memberanikan diri untuk menghadapi mereka dengan sisa uangku.

“miane, aku hanya bisa mengumpulkan sedikit uang.”

aku memperlihatkan uang yang aku pegang, salah seorang dari mereka mengambil paksa dan mengernyitkan dahi setelah menghitungnya.

“apa ini?!!”bentaknya,

dia mendekatiku, aku hanya diam pasrah. Apapun yang akan mereka lakukan padaku, aku akan pasrah.

“kau pikir uang segitu cukup, hah!! Dasar perempuan miskin!!”teriaknya lalu mendorongku hingga jatuh, aku mengaduh karena kakiku membentur lantai cukup keras mungkin kakiku terkilir.

“ada apa ini?”suara ayah mengalihkan perhatian kami, dia langsung menghampiriku dan menolongku berdiri.

“yyaa’ ahjushi!! Kau ini siapa?! Apa perempuan ini simpananmu?!”ejek mereka sambil tertawa, membuatku marah tapi kutahan agar tidak terjadi keributan.

Tiba-tiba ayah memukul salah satu dari mereka yang barusan bicara,

“apa yang kau lakukan?!”teriaknya sambil memegangi tubuhnya yang sakit karena pukulan ayah,

“berapa usiamu?”dan aku lebih terkejut saat ayah menanyakan hal itu,

“ap...apa?? .......35 tahun,”jawabnya,

“kau punya keluarga?”tanya ayahku lagi, pria itu mengangguk bingung.

“kalau begitu tinggalkan pekerjaan ini dan cari sesuatu yang baik untuk mencari uang, kau tidak mau keluargamu mendapat masalah gara-gara pekerjaan yang kau pilih kan?”

ayahku terus bicara tanpa henti seperti berusaha menyadarkannya, dan ternyata pria itu dan juga teman-temannya hanya diam mendengarkan nasehat ayah.

“berapa hutang putriku?”tanya ayah lagi, aku terdiam.

“ye? Dia putrimu?”ayah menjawabnya dengan anggukan,

“lima juta won,”jawab mereka,

aku sedikit kaget bukankah aku selalu membayar setiap bulannya tetapi kenapa jumlah uangnya masih sama saat aku meminjamnya? Aku ingin protes tapi....

“ini cek lima juta won, dan dengan ini hutang young in lunas, dan kalian tidak perlu datang lagi membuat keributan disini. Ahh...dan ini kartu nama ku, kalian bisa mencariku jika kalian ingin bekerja denganku.”

ayah menyodorkan cek dan kartu namanya mereka mengucapkan terima kasih,

setelah mereka pergi ayah memapahku kedalam mobil untuk membawaku kerumah sakit. Setelah diobati aku diperbolehkan untuk pulang tapi aku dilarang untuk banyak bergerak, jadi ayah memaksaku untuk tinggal dirumahnya. Mau tidak mau aku terpaksa menyanggupinya karena keadaanku yang meminta.

Akhirnya aku tinggal dirumah mewah ini, ibu tiriku sudah meninggal beberapa tahun lalu dan hanya ada seorang adik laki-laki yang sebaya dengan ga in tapi lebih tepatnya setahun lebih muda dari ga in. Nama adik ku itu jung won, dia masih sma dan sangat pendiam. Dan sekarang dia punya tugas tambahan yaitu menjagaku.

ahh.... aku terlupa tentang pesan yang dikirimkan key. Sekarang sudah hampir malam apakah key masih menungguku? Aku mencoba menelponnya untuk meminta maaf karena tidak bisa datang, tapi kuurungkan niatku. Untuk apa aku menghubunginya, pasti dia sudah pergi atau mungkin dia hanya mengerjaiku dan lupa sendiri akan janjinya itu.

Aku pun mengabaikannya, tapi entah kenapa aku terus memikirkannya kulihat jam sudah menunjukkan jam 9 malam. Tidak mungkin dia masih disana kan? Hanya orang bodoh yang masih betah menunggu selama itu, tapi.... dengan menggunakan kursi roda aku bergegas pergi tapi langkahku terhenti didepan pintu, bagaimana aku kesana?

“noona, kau mau kemana?”suara jung won menyadarkanku,

“aku... ada janji dengan teman, tapi...”

“biar aku yang mengantarmu,”

sepertinya jung won bisa membaca pikiranku, jung won membantuku masuk kedalam mobil dan meletakkan kursi rodaku dikursi belakang. Jung won duduk dibangku kemudi, dan melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang.

Setelah sampai di taman tempat janjian aku ditemani jung won mencari-cari sosok key tapi tidak ketemu, sudah kuduga dia pasti sudah pulang aku hanya bisa menghela nafas berat.

“noona, apa itu orang?”

jung won menunjuk sesuatu didepannya, aku juga ikut memperhatikan dan menurutku itu memang orang. Kami menghampiri orang itu dan aku menyingkap syal yang menutupi separuh wajahnya,

“key?!”teriakku,

apa yang dilakukannya, aku meraba dahi dan suhu badannya.

“jung won-ah cepat bawa dia kedalam mobil! Kita bawa dia kerumah sakit! Ppaliii!!!”

aku berteriak panik, jung won memapah key kedalam mobil dan aku mengikuti dengan kursi rodaku. Aku duduk dibelakang bersama key yang terbaring dipangkuanku, aku menangis menyesali keputusanku yang ceroboh itu.

“mianhae, jeongmal mianhae key-ah. Kau bodoh sekali, kenapa masih tetap disana? Kau benar-benar bodoh, ahh.... anio, aku yang bodoh, seharusnya tadi aku segera datang. Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu, aku tidak akan memaafkan diriku. Mianhae....”

aku tidak bisa berhenti menyesalinya, saat key diperiksa pun aku masih menangis menyesali semuanya dan jung won hanya bisa menenangkanku.

dokter bilang key dehidrasi dan anemia, dokter menduga key terlalu lama berada diluar yang udaranya sangat dingin dan kurang makan. Aku kembali menyalahkan diriku sendiri, key pasti menungguku tanpa beranjak dari tempatnya hingga tidak makan karena mengira aku akan datang.

Aku masuk keruangan key, dan berada tepat disamping kiri key. Wajahnya pucat, perlahan aku menyentuh tangan key berharap dia akan merespon dan siuman dari tidurnya.

“mianhae key-ah, aku datang untuk meminta maaf. Ayo bukalah matamu, jebal..”ucapku lirih,

aku terus memandangi wajah key berharap agar dia terbangun tapi tidak key masih tertidur pulas.

“ayo bangun bodoh!”

tapi key masih tetap tidur. Aku berpaling pada jung won,

“jung won-ah, kau pulang saja. Besok kau harus sekolah, aku akan menemaninya disini.”ujarku, jung won mengangguk.

“besok aku akan meminta sopir menjemputmu,”ujar jung won lalu pergi,

aku berpaling pada key dan menggenggam tangannya erat. Dan memandangi selang infus yang melekat di tangannya,

“jebal.. jebal...”bisikku berkali-kali,

“hey bodoh, ayo bangunlah. Aku datang, kau....kau...dasar bodoh.”

aku memalingkan wajahku sambil membekap mulut agar tangisku tidak keluar, aku melepaskan tanganku yang menggenggam tangan key untuk membetulkan selimut key tapi tanganku tak bisa ditarik seolah key menggenggam erat padahal ia masih tertidur.

“key??”ucapku bingung, aku masih berusaha melepaskan tanganku.

“key?? Yyaa’ key-ah, kau sudah sadarkah? Key-ah....”ucapku senang,

tapi key masih terlelap aku berpikir mungkin dia belum sepenuhnya sadar tapi mungkin dia menyadari keberadaanku. Aku tersenyum dan menatap key dengan syukur,

“gomawo, dan maaf, key-ah.”ucapku tepat ditelinga key, aku tertidur disamping key.

“selamat pagi young in-ah,”

aku terbangun dan mengerjapkan mataku yang perlahan mendapat cahaya, dan aku tidak percaya key sudah bangun dan tersenyum padaku.

“kau sudah sadar? Syukurlah..”

aku tersenyum dan perlahan pipiku basah, key tampak bingung melihatku.

“kau kenapa? Yyaa’ jangan menangis, jebal...”pintanya,

tapi anehnya aku malah tambah membesarkan suara tangisku, menurutku saat ini aku benar-benar seperti anak kecil.

“maaf, gara-gara aku kau jadi seperti ini, aku benar-benar minta maaf. Apa yang harus kulakukan untuk menebusnya? Kurasa aku tidak akan bisa menebusnya, tapi....”

disela isakan aku berusaha mengatakan sesuatu tapi key memotong kata-kataku,

“maukah kau menikah denganku?”aku tergagap mendengar kata-kata key, sejenak nafasku terasa terhenti.

“apa? Jangan becanda, aku sekarang sedang serius key-ah.”

Aku merasa saat ini key sedang bercanda seperti biasa, key menatapku dengan tajam seakan memberitahuku bahwa ia juga serius, aku menundukkan kepalaku.

“aku tidak akan mengulanginya lagi, maukah kau menikah dengan ku, young in-ah. Aku sudah mencintaimu sejak dulu saat pertama bertemu denganmu, dan aku semakin mencintaimu melihat keteguhanmu selama ini. Dan aku lebih mencintaimu lagi saat melihat sikapmu semalam, aku sangat senang sekali kau mengkhawatirkanku. Young in-ah, menikahlah denganku,”

kata-kata key membuatku tambah gugup, apa mungkin? Aku teringat pembicaraan dengan min young, jangan-jangan gadis yang dimaksud min young memang aku?

“akk...aku...aku...eoh? jadi semalam kau sudah sadar? Kapan? Kenapa tidak membangunkanku? Kau....”

aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Ahh... aku ingat, jangan-jangan saat itu dia.... dan aku yakin sekarang wajahku memerah,

“young in-ah, kau mau kan?”

aku tersentak dan langsung mengangguk tanpa berpikir panjang karena tadi aku sedang memikirkan kejadian aneh semalam,

“eh? Maksudku....”

aku berusaha menjelaskan anggukanku barusan tapi key berteriak senang sambil memelukku, aku masih bingung dan semakin bingung dengan apa yang terjadi. Aigoo... ada apa denganku? Benarkah ini? Apakah ini hanya mimpi? Aku masih tidak mampu memberikan ekspresi apapun, aku hanya bengong melihat key yang tampak bahagia.

“jadi sekarang kau adalah istriku, ingat itu.”peringat key,

“apa?”aku makin bingung dan gugup akan kondisi seperti ini, key tersenyum nakal,

“mulai saat ini kau adalah milikku, jadi kau tidak boleh dekat-dekat pria lain. Secara resmi sekarang dan mulai detik ini kau adalah istriku, dan aku adalah suamimu.”

aku tertawa mendengarnya, dan aku sadar ini semua bukan mimpi.

“jangan becanda,” protesku, key menyentuh rambutku,

“kau kan bilang tadi bersedia menjadi istriku,”jawaban key membuatku semakin geli, aku menunjukkan jari tanganku.

“lihat, tidak ada cincin pengikat.”aku masih mengelak,

key tersenyum misteri lalu mengambil sesuatu dari bawah bantalnya dan memperlihatkan kotak kecil berisi sepasang cincin.

“tadi aku meminta suster mengambilkannya dikantong jasku, tadinya akan kuberikan disaat makan malam romantis yang sudah kusiapkan tadi malam tapi malah batal.”

key menunduk sedih, aku jadi merasa bersalah. Dia benar-benar...

“tapi aku merasa senang karena akhirnya perasaanku terbalas juga, meski aku tadinya mengira akan ditolak karena hwang min young, dia bilang sudah bertemu denganmu dan kalian bicara banyak. Kupikir dia sudah menceritakannya, makanya kau menghindar dan tidak menjawab telponku.”

key kembali menunduk tapi aku tidak bisa menangkap emosinya, aku manggut-manggut mengerti. Lalu key memasangkan cincin itu kejari manisku dan memintaku melakukan hal yang sama.

“nah dengan begini sekarang kita adalah suami istri kan?”aku menghela nafas menahan geli,

“terserah kau saja, tapi kau belum meminta ijin keluargaku terutama ga in,”

aku terdiam mengingat ga in, dia pasti senang. Melihat aku senyum-senyum sendiri key mencubit pipiku,

“yyaa’ aku tidak menyangka kau sebahagia itu, tapi saat ini suamimu ini hanya seorang mahasiswa. Tapi percayalah aku akan membahagiakanmu.”kata-kata key membuatku tidak bisa menahan tawa,

“eh? Kau pakai kursi roda?”key melihatku, aku mengangguk  dan kembali mengingat kejadian kemaren.

”apa karena ini kau tidak bisa datang?”tanya key kali ini dia yang tampak khawatir,

“aku tidak apa-apa hanya terkilir, dokter bilang aku hanya perlu istirahat beberapa minggu saja,”jelasku, key memandang sedih padaku entah apa yang dipikirkannya. Tiba-tiba ia memelukku,

“maaf, aku janji akan menjagamu, aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi.”janjinya, aku tersenyum,

“sebenarnya aku bisa saja datang lebih awal ke taman itu, tapi ku pikir kau sudah pulang karena sudah hampir gelap.”balasku,

“tapi akhirnya kau tetap datang karena hatimu gelisah dan mengkhawatirkanku kan?”selidik key, membuatku tersenyum.

“ne..”jawabku singkat.

Karena kondisi key sudah membaik, dia diperbolehkan pulang. Key mengantarku pulang dan sopir yang menjemputku diminta untuk mengambil mobil key yang terparkir tidak jauh dari taman, aku tersenyum melihat key yang dari tadi bersiul-siul.

“kau di fakultas apa?”tanyaku,

“musik dan seni, kenapa kau tiba-tiba menanyakannya?”selidiknya,

“anio, aku hanya ingin tahu saja,”jelasku,

“tentu aku harus tahu, kau kan suamiku,”bisikku,

“apa? Kau bilang apa tadi?”aigo..dia mendengarnya,

“aku bilang aku hanya ingin tahu saja,”jawabku,

“anio, yang barusan itu, aku rasa kalimatnya bukan seperti itu.”nada suaranya seperti memaksaku untuk mengatakannya,

“anio, memang itu yang kukatakan barusan. Jangan menggodaku terus, kau fokus menyetir saja.”

elakku, aku memalingkan wajah menahan malu. Aigoo... ini pertama kali aku berhubungan dengan pria, aku tidak tau apa yang harus kulakukan. Dan lagi pria ini benar-benar membuatku merasa dicintai karena bukan mengajakku pacaran atau tunangan tapi langsung melamarku, aku merasa sedang bermimpi. Tapi benarkah aku mencintainya juga? Aku takut jika ternyata nanti perasaanku ini hanya sebatas itu saja, tidak bisa mencintai seperti yang diinginkannya dan akhirnya akan melukai satu sama lain. Tapi untuk saat ini mungkin aku harus mencoba terlebih dahulu, siapa tahu seiring waktu perasaanku juga semakin kuat padanya. Semoga.

Aku membuatkan sarapan untuk jung won, ayah sedang keluar kota mengurus bisnisnya. Sekarang aku sudah bisa menerima keluarga baruku ini,

“annyeong noona,”

jung won datang dan duduk dimeja makan menghabiskan roti dan susu yang kusiapkan, setelah selesai dia mengecup pipiku dan berpamitan. Itu sudah menjadi kebiasaannya padaku, katanya saat ibunya masih hidup dia sering mengecup pipi ibunya sebelum pergi dan dia memintaku untuk melakukannya juga.

“hati-hati jung won-ah,”pesanku, jung won mengangguk mengerti.

Lalu terdengar suara mobil menjauh. Saat ini aku masih belum bisa berjalan, masih dengan bantuan tongkat dan kursi roda. Kuakui aku memang malas untuk melatih kakiku karena aku tidak kuat merasa sakit, tapi key selalu datang membantuku dan menyemangatiku untuk melatih kakiku perlahan itulah membuatku melatih kakiku dan bisa berjalan dengan tongkat kini key sedang menyemangatiku tanpa tongkat, dan jujur saja aku senang karena dia begitu memperhatikanku. Dan sekarang aku akan mencobanya sendiri, aku berusaha bangun dengan tongkatku, dan dengan bantuan dinding aku melepas tongkatku dan mulai berjalan perlahan dengan bertumpu pada dinding. Aku merasa sedikit nyeri dikakiku, tapi kutahan aku bertekad untuk mencapai ujung dinding. Dan aku berhasil, aku hampir meloncat karena senangnya tapi kakiku kembali terasa nyeri. Aku mendengar suara tepukkan tangan seseorang saat aku melihat key sudah berada dibelakangku, dia langsung menghampiriku dan membantuku duduk disofa.

“kau semakin hebat saja, jagi. Cintaku jadi semakin bertambah padamu,”

aigoo... dasar key, setiap hari harus mendengar gombalannya tapi sukses membuatku tersenyum dan merasa bahagia.

“ara ara,, kau sudah mengatakannya berulang-ulang, key-ah.”balasku,

kulihat key memandangiku dengan wajah yang tidak bisa aku terka maknanya.

“kenapa? Kau ada masalah?”tanyaku cemas,

“anio, aku hanya berpikir, tidak bisakah istriku yang manis ini memanggilku dengan sebutan lain selain namaku?”

key mengatakannya sambil memandangiku, aku jadi gugup.

“mak...maksudmu...aku harus memanggilmu...suami?”tanyaku bingung dan gugup,

key tersenyum geli.

“jika kau mau, tapi aku tidak memaksa, kau bisa memanggilku jagiya atau honey, atau apalah, yang penting bukan nama. Bukannya aku tidak suka tapi aku ingin merasa lebih dekat lagi denganmu,”jelas key, aku mengangguk mengerti.

“n...ne...jagiya?”ucapku gugup, key tersenyum lebar.

“nah seperti itu, gomawo jagiya.”balasnya, aku balas tersenyum.

Berkat kerja keras dan semangat dari orang terdekatku, akhirnya aku bisa berjalan lagi. Dan entah kenapa hal yang ingin ku lakukan adalah menemui ga in, aku benar-benar merindukannya. Aku memesan tiket untukku sendiri karena aku tahu ayah, jung won dan key punya kesibukan masing-masing jadi kuputuskan pergi sendiri.

“ya, aku akan berangkat malam ini... tidak perlu mengkhawatirkanku, aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku hanya ingin menemani ga in, mungkin disana dia kesepian. Ya, nanti akan kuhubungi jika sudah sampai disana. Sampai jumpa.”

aku menutup pembicaraan dengan key, sekarang aku sudah berada dibandara jadi key sedikit marah karena tidak memberitahunya lebih awal. sebentar lagi pesawatku akan berangkat, ayah dan jung won memandangiku, aku tersenyum. Aku memeluk jung won, sambil membisikinya,

”jaga dirimu baik-baik, dan sering-sering menelpon.”

aku melepas pelukan dan memandanginya,

“ga in pasti sangat senang mempunyai saudara sepertimu, terus do’akan dia ya.”

jung won mengangguk, aku mengalihkan pandangan ke ayah.

“appa, terima kasih.” hanya itu yang keluar dari mulutku,

“young in-ah, jaga dirimu dan adikmu, appa akan menyusul jika urusan appa sudah selesai.”balas ayah,

aku mengangguk sambil tersenyum. Pesawatku akan lepas landas dan aku harus pergi sekarang.

Sudah satu minggu aku di tempat asing ini, meski saat ini ga in sudah bisa kuajak jalan-jalan tapi tetap saja kondisinya makin menurun. Dengan bantuan kursi roda setiap hari aku mengajaknya jalan-jalan disekitar rumah sakit sambil ngobrol,

”eonni, aku ingin bertemu appa dan jung won.”ujarnya tiba-tiba,

“ne, nanti mereka akan menyusul kemari. Appa bilang setelah urusan bisnisnya selesai dia akan datang mengunjungimu, kalau jung won mungkin saat ini dia sedang belajar untuk ujian. Kau bersabarlah.”hiburku,

memang sudah dua hari ini ga in selalu mengatakan ingin bertemu ayah dan jung won, mungkin dia rindu untuk berkumpul dengan keluarga seperti yang diinginkannya sejak dulu.

“ya, aku mengerti. Aku akan menunggu, aku hanya sangat merindukan mereka saja. Aku ingin disaat terakhir nanti bisa bersama dengan keluargaku,”tentu saja kalimat terakhirnya itu membuatku marah, aku berlutut menghadap ga in.

“apa yang kau katakan? Apa maksud ucapanmu tadi? Huh?”tanya ku memastikan,

ga in menunduk wajah pucatnya tampak menahan beban yang mungkin akan ditumpahkannya saat ini didepanku.

“aku tidak bodoh eonni, sudah hampir setahun aku disini tapi aku sama sekali tidak merasa membaik. Aku akan mati, eonni,”

bersamaan dengan kalimat terakhirnya itu air matanya ikut tumpah, aku memeluknya dan ikut menangis tapi segera kuhapus  air mataku tidak ingin ga in melihatku menangis.

“aku tidak akan membiarkannya, aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian. Tidak!”aku memeluk erat tubuh kurus ga in,

“kau satu-satunya yang kumiliki, kita sudah berjanji untuk tetap bersama. Kau ingat?” aku masih terus berucap,

aku merasakan bajuku basah tapi aku tidak mendengar isakan ga in. Tuhan... adikku sangat kuat dan tegar menerima takdirmu, jangan biarkan dia menderita lagi, aku mohon ya tuhan.

“ada appa dan jung won yang akan menjaga eonni, dan juga seseorang yang memberi eonni cincin, dengan begitu aku menjadi sedikit tenang, tapi aku ingin bertemu mereka.”

aku semakin tak bisa menahan perasaanku mendengar kalimat itu, hingga akhir pun kau selalu memikirkanku. Seorang kakak yang sangat egois dan tidak bisa menjagamu dengan baik, maafkan eonni ga in, maafkan. Hari itu aku dan ga in menumpahkan segala emosi yang tertahan selama kami berpisah, dan aku berharap setelah hari ini dapat menjadi seorang kakak yang lebih tegar lagi dan lebih baik lagi.

Aku mengamati ga in yang tidur nyenyak di kasur rumah sakit, wajahnya sangat tenang lalu aku menyentuh pipinya hingga dia terbangun.

“maaf, eonni mengganggu tidurmu,”sesalku, ga in tersenyum.

“tidak apa-apa, aku sudah menunggu eonni dari tadi. Aku ingin cerita tentang mimpiku tadi malam,”ujarnya dengan mata berbinar,

“benarkah? Ceritakan padaku,”aku pun antusias dan duduk didekatnya,

“di mimpiku aku merasa sangat bahagia dan seakan menjadi seorang putri banyak teman sebayaku yang mengajakku berlari dan bermain di taman yang bunganya indah sekali. Mereka membawaku kesuatu tempat yang lebih indah tapi aku tidak bisa memasuki tempat itu, aku berteriak pada mereka agar mengajakku tapi semuanya tidak mendengar. Aku sedih, lalu aku ingat eonni, appa, dan semua yang aku kenal.”

wajah ga in saat bercerita tampak antusias, aku hanya membalas dengan senyum lebar lalu mengusap kepala adikku.

“eonni sudah meminta appa untuk datang, mungkin besok sampainya. Jung won juga ikut.”ujarku, ga in tersenyum lebar.

“benarkah? Gomawo eonni.”ga in memelukku sambil mencium pipiku, aku hanya bisa tersenyum kecil.

Tapi ternyata appa dan jung won datang lebih awal, mereka memesan tiket lebih awal karena mengkhawatirkan keadaan ga in. Dan yang membuatku tambah terkejut key juga ikut, dan ayah meminta key menginap di apartemen yang aku tempati, tentu saja jung won dan appa juga tinggal di apartemen itu.

Tapi aku merasa sedikit risih karena harus serumah dengan key, entah kenapa aku malah jadi canggung jika berpapasan. Dan sepertinya key menyadari hal itu,

“jagiya, apa kau tidak nyaman kita tinggal serumah?”tanyanya,

“aku tidak tau, aku hanya merasa canggung saja. Tapi aku senang karena kita semua berkumpul disini, ada appa, jung won, ga in, dan juga kau. Bagiku semua itu menyenangkan,”jelasku,

“padahal kita sudah suami istri, kenapa kau jadi canggung,”

aisshh....dasar key, pasti sekarang wajahku merah lagi.

“yyaa’ kita kan belum resmi, berhenti mengungkitnya kau membuatku malu.”ketusku,

key tertawa nakal sambil mencubit pipiku.

“aigoo...kau menggemaskan,”

dan aku langsung berdiri,

“aku siapkan makan malam dulu,”

bergegas aku pergi kedapur, dan key mengikutiku karena saat aku sedang menyiapkan bahan masakan key sudah ada disampingku,

“mau kubantu? Aku juga jago masak.”tawarnya,

“benarkah?”aku tidak percaya,

key memintaku menunggu saja dimeja makan dan memperhatikannya yang sedang memasak. Dia tampak serius memasak membuatku terus menatapnya, lalu key menata makanan dimeja dan kuakui dia cukup terampil.

“bagaimana? Apakah sekarang kau jadi terpesona padaku? Pria sepertiku ini adalah idaman para wanita loh.”

aku tertawa mendengar pernyataannya itu, seperti sedang iklan saja.

“kau memang hebat, jagiya.”pujiku dan bisa kutebak dia pasti tersenyum lebar dan akan memandangiku dengan aneh.

“dan sekarang ayo kita makan, setelah ini kita kerumah sakit.”ujarku, key mengambil tempat duduk didepanku.

Aku menjenguk ga in bersama key, jung won sudah berjaga dari pagi jadi dia kusuruh istirahat dan appa sepertinya masih sibuk dengan bisnisnya karena ponselnya terus berdering. Sepertinya jung won dan ga in bisa akrab, aku senang karena akhirnya apa yang diinginkan ga in bisa terwujud yaitu bisa berkumpul dengan keluarga. Key mengarahkan kamera digitalnya padaku dan ga in,

“ayo kalian berdua tersenyum,”ujarnya sambil menghitung mundur, aku berusaha tersenyum sambil memeluk ga in.

Lalu kami berfoto bertiga dan terakhir ga in meminta untuk memfotoku dan key, Ga in tersenyum lebar melihat foto itu,

“aigo.. kalian tampak serasi sekali,”goda ga in, aku melotot sedang key hanya tertawa kecil.

Semua orang panik, tiba-tiba ga in drop lagi kami semua berkumpul di depan ruangan tempat ga in diperiksa. aku tak henti mondar mandir dengan cemas didepan ruangan itu, appa duduk dengan gelisah sedang ku lihat jung won duduk bersandar didinding sambil menyembunyikan wajahnya dengan lututnya. Kuhampiri jung won dan menyentuh bahunya, jung won menarik wajahnya, pipi dan matanya basah. Aku memeluknya erat, baru kali ini kulihat jung won menunjukkan emosinya. “ga in akan baik-baik saja,”suara key mengalihkan pandanganku, aku melepas pelukanku dan menatap jung won, “kau jangan sampai menangis didepan ga in, ne, dia mungkin akan menertawakanmu.”jung won mengangguk, “tapi, apakah ga in akan sembuh?”tanya jung won, “dia akan sembuh jika kau berdo’a untuknya di samping usaha dokter,”jawab key, jung won memandang key sambil tersenyum lalu mengangguk cepat. Ayah segera menghampiri dokter yang baru keluar dari ruangan, “bagaimana dokter?”tanyanya, dokter menghela nafas berat. “ga in sudah sadar, anda boleh menjenguknya. Tapi saat ini yang sangat ga in butuhkan adalah do’a dari kalian,”jelas dokter, aku merasa aneh dengan penjelasan dokter. “maksud dokter? tolong jelaskan dengan baik agar aku mengerti,”si dokter diam sebentar, lalu menghela nafas. “kanker adikmu sudah menjalari tubuhnya, dan juga sudah menyerang otaknya. Sangat sulit baginya untuk bertahan meski dengan operasi atau kemoterapi, semoga ga in mendapat mukjizat dari tuhan.”dokter lalu pergi, bagai tersambar petir aku mendengar penjelasan dokter. aku merasakan tubuhku bergetar dan kaku, hampir aku menghantam lantai dengan kepalaku jika key tidak menangkapku. Aku menangis lalu semua menjadi gelap, saat sadar aku jadi bingung karena disampingku ada ga in yang masih berselang infus dan oksigen. Dari matanya aku tau dia mencemasku, “saat tahu kau pingsan ga in memaksa untuk melihatmu,” jelas key aku kembali menangis dan bangkit dari kasur putih rumah sakit, aku mencium kening ga in dan memeluknya. “berjanjilah kau tidak akan meninggalkan eonni, ga in-ah.”pintaku, ga in mengangguk.

Tapi dua hari kemudian ga in tidak menepati janjinya, ga in memilih pergi dan meninggalkanku dengan luka. Aku marah, sedih, berbaur jadi satu, tapi ga in telah pergi. Aku berteriak pun tak akan membuatnya kembali, kami kembali ke korea dengan abu ga in bukan teriakan gembiranya.

Aku seperti mayat hidup, setiap hari hanya memandangi abu ga in dan foto yang sempat ku ambil sebelumnya. Bernafas tapi sama sekali tidak merasa hidup, setiap hari kuhabiskan dengan menangis dan menyalahkan diri sendiri. Abu ga in masih ku simpan, sudah hampir setengah tahun aku menjalani hari-hari seperti itu.

Ayah dan jung won pun prihatin dan sedih melihat kondisiku, jung won sering menemaniku juga key. Ya key jadi semakin menunjukkan perhatiannya padaku, meski sama sekali tidak ku pedulikan karena kondisiku masih terguncang saat ini.

Di sini pula aku melihat peran seorang ayah, meski sangat sibuk dia masih sempat menemuiku dan membawa dokter untuk mengetahui kondisi psikisku. Dia tahu aku masih normal dan punya akal, mungkin orang tua yang lain melihat anaknya seperti itu akan mengira anaknya gila dan memasukkan anak mereka kerumah sakit jiwa, tapi ayah hanya meminta dokter memeriksaku di rumah hingga kondisiku membaik kembali. Semua itu kuketahui dari jung won dan key, mereka sering bercerita apa yang terjadi disekitarku juga kegiatan mereka hari itu meski tidak aku respon.

Hingga aku bermimpi bertemu ga in, di mimpiku ga in terlihat sangat bahagia dan aku juga melihat ibu. Mereka berdua tampak bahagia, mereka tersenyum padaku aku ingin ikut mereka tapi mereka menjauh.

Saat bangun aku tersadar dari semuanya, untuk apa aku meratapi yang telah terjadi dan menyalahkan diri sendiri. Jika orang yang kita sayang bahagia bukankah itu lebih baik, aku menangis menyesali tindakan bodohku karena menyalahkan diri sendiri dan meratapi semua yang telah terjadi. Aku berterima kasih pada adik dan ibu yang mungkin sengaja datang ke mimpi ku untuk memberitahu bahwa mereka bahagia dan saat ini mereka sedang bersama.

Segera aku membersihkan diri, setelah sadar aku jadi merasa sangat lapar karena selama setengah tahun ini aku sama sekali tidak makan teratur dan bisa dibilang sedikit sekali makannya. Saat key datang dia terkejut melihatku sedang makan dengan lahap dan tampak sudah kembali seperti shin young in yang dulu, aku menceritakan tentang mimpiku padanya.

"itu bagus, itu artinya meski sudah berada didunia yang berbeda ibu dan adikmu selalu mengawasimu dan akan sedih jika kau menyakiti diri sendiri seperti kemaren, jagiya gomawo sudah kembali. Aku sangat mengkhawatirkanmu.”

key langsung memelukku, aku hanya bisa menangis haru karena aku tau key sangat mencintaiku, dia tetap bertahan demi aku padahal dengan kondisiku yang seperti orang gila itu bisa saja dia meninggalkanku dan mencari gadis lain yang lebih baik dan sempurna dari ku.

“ehmm...kau masih punya makanan?”

key tersenyum geli mendengar pertanyaanku, dia langsung mengeluarkan makanan dari bungkusan yang dibawanya dan membukanya,

“waooww... kimchi!!”teriakku riang,

“noona!!”sebuah teriakan mengejutkanku dan key, jung won terlihat habis berlari karena nafasnya sedikit tersengal-sengal.

“noona,, kau??”jung won melihatku tidak percaya, aku tertawa kecil melihat ekspresinya tiba-tiba jung won memelukku.

“syukurlah noona, kau sudah kembali.”ujarnya,

aku menepuk-nepuk punggung jung won sambil tersenyum senang. Ayah pun sangat gembira mengetahui keadaanku lewat jung won, dan malam ini kami sekeluarga membuat pesta kecil.

Ya, aku semakin menyukai keluargaku, jung won, ayah, aku beruntung masih memiliki mereka. Dan tentu saja saat ini aku sudah punya key, pria yang selalu berusaha melindungiku seperti janjinya,

“aku akan ke amerika untuk melanjutkan studyku selama 3 tahun, tapi sebelum aku pergi. Aku ingin melamar putri anda,”ucap key malam itu,

dan tepat setelah dia berkata-kata muncul orangtuanya. Aku jadi terharu dan menangis, ayah dan jung won pun tampak senang. Sekarang kami sekeluarga duduk berhadapan merayakan bersatunya dua keluarga, yang menandakan bahwa aku akan mempunyai keluarga yang lengkap.

Terima kasih ibu, terima kasih ga in. Disana kalian juga pasti bisa melihat kebahagiaanku, jangan khawatirkan aku lagi sekarang aku mempunyai orang-orang yang baik disekitarku.

END


Blog, Updated at: 07.02

0 komentar:

Posting Komentar

Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog